Tuesday, September 15, 2020

Ceritaku: Persiapan Menyambut Hari Raya Galungan

Ni Kadek Nuriani

Hallo semuanya, perkenalkan nama saya Ni Kadek Nuriani. Saya adalah salah satu anggota dari Komunitas Anak Pecinta Literasi. Disini saya akan membagikan sebuah cerita singkat tentang "Kegiatan-kegiatan yang saya lakukan untuk mempersiapkan Hari raya Galungan dan Kuningan." Sebelumnya selamat hari raya Galungan dan Kuningan ya untuk yang merayakannya, semoga selalu diberikan keselamatan dan kesehatan oleh Sang Hyang Widhi Wasa. Hari raya Galungan dan Kuningan dirayakan umat Hindu setiap 210 Hari. Kalian tau gak, kenapa umat Hindu merayakan Hari Galungan? Umat Hindu merayakan Hari raya Galungan untuk memperingati hari Kemenangan Dharma melawan Adharma. 

Sebelum merayakan hari Raya Galungan dan Kuningan, saya dan keluarga membuat persiapan terlebih dahulu, seperti: membuat sesajen yakni banten dan membuat penjor. Untuk membuat penjor, kami harus mencari bambu yang melengkung dibagian ujungnya. Kemudian bambu itu dihiasi dengan daun aren muda, janur, dedaunan, dan gantungan yang disebut sampian. Penjor merupakan ciri khas Hari Raya Galungan dan Kuningan. 

Selain Penjor, saya juga membantu bapak membuat makanan khas yang dinamakan "Lawar." Proses pembuatannya juga tidak terlalu sulit. Lawar ini bisa dibuat dengan Pisang Batu ataupun kelapa yang masih muda. 

Sebelum merayakan Galungan, kami juga melaksanakan "Proses nyekeb buah-buahan dan membuat jaja atau kue" yang dilaksanakan pada saat penyajaan atau dua hari sebelum Galungan. Satu hari menjelang Galungan disebut Penampahan Galungan. Nah disaat inilah saya dan keluarga  disibukkan dengan persiapan masak-memasak. Pada Penampahan Galungan ada kegiatan "Mepatung." Mepatung ini seperti kita membeli Babi di tetangga terdekat untuk persiapan memasak, dan disaat ini juga saya dan bapak mempersiapkan membuat Penjor untuk keesokan Harinya. 

Pada saat Galungan seluruh umat Hindu termasuk saya dan keluarga sembahyang bersama di Merajan. Biasannya sembahyang juga di Pura, namun karena Pandemi, maka hanya beberapa pengurus saja yang sembahyang ke Pura. hal ini dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Virus Corona. Namun bukan berarti kita tidak akan sembahyang, karena kita bisa sembahyang di Merajan Kemulan masing-masing. Ya, segitu saja yang bisa saya ceritakan, salam sehat semuanya. Semoga pandemi ini cepat berlalu. Tetap "Stay At Home."

Editor: I Wayan Ardika

No comments:

Post a Comment

Puisi Sebuah Harapan

Sebuah Harapan Tubuhku bagaikan kertas melayang Rapuh dan luka berbekas Kuberdoa kepada Tuhan Izinkan aku menutup mata Namun ... Suara orang...